Gas Elpiji Bersubsidi Mudah Untuk Pengusaha Tapi Sulit Bagi Warga Miskin di Madina

MohgaNews|Madina – gas elpiji bersubsidi 3 Kg sulit didapatkan masyarakat Mandailing Natal (Madina). Kelangkaan elpiji bersubsidi ini sudah cukup lama, namun belum ada tindakan nyata dari Pemerintah dan instansi terkait.

Di sisi lain, warga juga mengeluhkan label harga yang harus mereka bayar untuk mendapatkan gas subsidi dari Pemerintah itu. Untuk 1 tabung saja, harganya mencapai Rp 30 ribu.

Amir Nasution (33) salah satu warga yang mengeluhkan mahalnya harga gas elpiji di sekitaran Panyabungan Kabupaten Madina.

“Sudah biasa kami beli harganya Rp 30 ribu pertabung (3 Kg), diprotes pun sama yang jual, ujung-ujungnya kita yang ribut. Karena pengecer juga bilang modal mereka tinggi. Nah, kita bingun dengan keadaan ini.

“Bukan cuma sebulan atau dua bulan saja, tapi ini sudah sangat lama terjadi, tapi ini ibaratnya ada pembiaran sehingga yang diuntungkan adalah toke atau agen nya,” ungkap Amir.

Yang mengecewakan, sambung Amir. Kelangkaan dan kesulitan elpiji 3 Kg ini hanya dirasakan kalangan masyarakat biasa saja, karena pemilik usaha seperti rumah makan tidak pernah merasakan kesulitan mendapatkan elpiji ini.

“Heran saja, rumah makan dan tempat usaha yang menggunakan gas elpiji selalu punya stok elpiji bersubsidi. Ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Madina gas elpiji ini bukan hanya untuk kalangan masyarakat miskin, tetapi disediakan untuk masyarakat kalangan pengusaha,” tuturnya.

Warga lain juga mengeluhkan, gas elpiji bersubsidi (3 Kg) sering distok pengusaha rumah makan, dan tempat usaha lainnya. Tak tanggung-tanggung, satu rumah makan saja bisa menimbun belasan tabung gas elpiji 3 Kg.

“Penggunaan subsidi gas elpiji 3 Kg di Madina tidak tepat sasaran, warga kesulitan sementara pengusaha bebas menggunakannya. Tapi, yang kita herankan sampai sekarang tidak ada tindakan dari instansi terkait.

“Kita tidakpaham, apakah mereka dapat stabil atau permainan sehingga mereka dapat keuntungan dari penyalahgunaan subsidi ini, sementara masyarakat terus kesulitan,” keluh Sofyan, warga yang mengaku sudah biasa mengitari Panyabungan hanya untuk mencari gas elpiji. (MN-01)