MADINA – Petani padi di wilayah Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) menjelang Ramadan memasuki masa panen. Dalam panen musim ini, petani bukan gembira, melainkan mengeluh akibat harga gabah turun.
Petani tersebut mengeluh akibat dalam pemeliharaan masa tanam hingga panen, lahan pertanian mereka dilanda musibah. Petani juga mengaku merasa kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi, serta gangguan hama yang mengakibatkan hasil panen menurun.

Maulida, seorang petani yang ditemui di wilayah lahan pertanian di Desa Pidoli Lombang mengeluhkan pendistribusian pupuk di Pidoli Lombang, ditambah hama tikus yang menyerang tanaman padi miliknya.
“Kami meminta pemerintah daerah terus mengawal pendistribusian pupuk supaya tepat sasaran, dan dalam mendapatkannya supaya bisa dipermudah. Selain itu, hama tikus juga menjadi kendala, hasil panen menurun,” katanya.
Petani ini meminta, di tengah keterpurukan hasil panen yang menurun, harga gabah kering yang mereka punya dinaikkan supaya modal yang dikeluarkan dapat kembali dan bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Sementara itu, Nur Asiah, seorang penjaga toko beras milik Duhani di Pidoli Lombang mengaku, harga gabah kering mereka beli dari petani dalam musim panen ini Rp 3.800 perkilogram. Harga ini turun Rp200 perak dibandingkan panen sebelumnya.
Nur Asiah beralasan, turunnya harga gabah diakibatkan banyaknya petani yang panen, sehingga stok gabah cukup banyak.
“Penurunan ini disebabkan oleh ketersediaan gabah yang lebih stabil tahun ini, berbeda dengan tahun sebelumnya di mana pasokan sulit didapatkan,” ujarnya.
Karyawan toko beras ini menyatakan, gabah mereka tampung dari beberapa petani di wilayah, seperti Pidoli, Gunung Tua, Sigalapang, dan Tantom Sayur Maincat.
Penulis: Fadilah, Kholilah, Raja Ali Dai, Muhammad Alawi, Mahasiswa KPI STAIN Madina