Pemilu Usai: Cinta dan Benci Sewajarnya Saja

OLEH: Nurhasanah Nasution S.Sos,I

Hadis riwayat Tarmizi, Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda bahwa:

“Cintailah seseorang itu sekadarnya saja, sebab bisa jadi suatu saat kelak kamu akan membencinya, dan jika kamu benci seseorang, bencilah dengan sewajarnya saja, sebab mungkin kelak suatu saat mungkin kamu akan mencintainya”

Hadis ini mengajari kita semua bahwa dalam pergaulan sehari-hari, tentu kita akan mengidolakan seseorang yang dekat dengan diri kita. Misalnya pasangan kita, saudara kita, rekan kerja kita. Namun mengidolakan erat kaitannya dengan rasa simpati atau rasa suka, itu tidak boleh berlebih, melebihi kecintaan kita kpd Allah dan para Rasulnya. Karena kecintaan atau rasa simpati kepada semua mahluk itu adalah baharu, dan sewaktu-waktu nilainya dapat bergeser. Karena hakekat hati manusia itu memang berubah-ubah. Dari rasa suka berubah jadi tidak suka, rasa cinta bisa berubah jadi benci, senang bisa berubah jadi marah. Itulah cinta terhadap mahluk. Tapi cinta kpd Allah dan Rasulnya adalah hakikat kehidupan yang abadi. Itulah cinta yang sejati.

Begitu pulalah dengan memilih suatu pilihan. Misalnya baru hari Rabu, 14 Februari kemarin kita memilih calon pemimpin (presiden dan wakil presiden) maupun wakil rakyat di DPR dan DPRD.

Namanya pilihan tentu karena kita simpati dan menyukainya. Tapi pilihan itu jangan membuat kita lupa bahwa ini alam demokrasi. Ada yang terpilih atau menang ada juga yang tidak terpilih atau kalah. Bagi yang pilihannya menang cukup bersyukur dan ucapkan hamdalah saja. Jangan terlalu jumawa atau euporia. Pun dengan saudara-saudara yg pilihannya belum terpilih atau kalah jangan berkecil hati, baperan, bahkan melakukan tindakan-tidakan yang tidak baik, seperti larut dalam kebencian, berujung bully atau hate speech. Jangan. Karena hal demikian tidak baik untuk mental dan pikiran kita.

Alangkah baiknya kita tawakkal berserah diri bahwa apa yang ditakdirkan Allah itulah yang terbaik. Tugas kita berusaha dan berdoa. Faiza azamta fayatawakkal alAllah. Apabila kita sudah berusaha maka hasilnya berserah dirilah kepada Allah. Karena sebaik-baik manusia adalah yang berserah diri dan paling bertakwa kepada Allah.

Mari jaga persatuan, silaturahmi, dan menebar kasih sayang di antara sesama. Hindari perpecahan karena perbedaan. Mari kita kembali kepada aktivitas kita, usaha kita, profesi kita, karena ada keluarga kita di rumah dan kerabat kita yang selalu bangga apabila kita menjadi manusia berguna dan menebar kebaikan.

Pemilu sudah usai, kita sudah menggunakan hak demokrasi kita semua. Selanjutnya kita serahkan kepada lembaga berwenang. Giliran mereka yang terpilih menunaikan janji dan tugas mereka memberikan yang terbaik untuk bangsa dan rakyat Indonesia.

Penulis adalah Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Mandailing Natal.