Harga Sembako Naik, Pedagang di Panyabungan Mengeluh Sepi Pembeli

MADINA – Sejumlah pedagang sembako di pasar lama Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) mengeluh akibat harga sembako signifikan naik sementara daya beli konsumen/pembeli menurun.

Dua orang pedagang sembako yang ditemui di pasar lama mengeluhkan hal yang sama. Seperti penelusuran media ini ke pedagang cabai, harga cabai naik drastis jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

Evi Matondang, pedagang cabai merah di pasar lama Panyabungan.

“Harga terus naik, tepi pembeli justru semakin sedikit. Keuntungan kami enggak bertambah, bahkan lebih cenderung menurun karena banyak yang beli lebih sedikit atau memilih alternatif lain,” kata Evi Matondang (40), pedagang cabai, Jumat (24/1/2025).

Evi menyebut harga cabai merah naik Rp15 ribu perkilogram. Pekan lalu, harga cabai merah ini masih Rp40-50 ribu, kini naik menjadi Rp65 ribu perkilogram.

“Harga cabai rawit juga mengalami kenaikan Rp5 ribu perkilogram, dari sebelumnya Rp55 ribu menjadi Rp60 ribu perkilogramnya,” ungkapnya.

Hayati, seorang pembeli cabai di pasal lama Panyabungan mengaku harus mencari cara untuk menghemat pengeluaran akibat kenaikan harga cabai tersebut.

“Alternatif dari kenaikan harga cabai ini adalah mengganti cabai merah bagus dengan cabai merah kering. Ini lebih murah dan lebih banyak jumlah kiloan setelah digiling,” ucapnya.

Hayati berharap pemerintah daerah harus mengambil langkah atas kenaikan harga cabai. Sebab, kata dia, cabai merupakan kebutuhan pokok rumah tangga.

“Cabai itu bahan pokok rumah tangga. Kalau terus mahal, kita yang masak dan jual makanan jadi kesulitan. Semoga harga bisa kembali normal,” harap Hayati.

Sementara itu, Ilman (31), pedagang toko sembako di pasar lama Panyabungan juga mengaku sejumlah harga sembako sepekan ini naik cukup drastis. Kenaikan harga juga memengaruhi omzet akibat sepi pembeli.

Seperti sembako jenis minyak goreng curah, sebelumnya masih dijual Rp17 ribu perkilo, hari ini sudah melambung tinggi Rp20 ribu. Harga minyak goreng kemasan juga naik dari Rp 15-16 ribu perkilo, kini sudah Rp17-18 ribu.

“Jenis-jenis sembako yang mengalami kenaikan harga juga terjadi pada telur. Dari Rp48 ribu per papan, menjadi Rp58 ribu. Sembako jenis tepung, kenaikan harga lebih terasa di tingkat grosir. Dari Rp170 ribu persak, kini jadi Rp180,” jelasnya.

Ilman mengatakan penyebab harga sembako naik diduga pasokan barang yang terbatas. Dampak kenaikan harga bahan pokok, daya beli yang menurun.

“Akibat dari kenaikan harga ini omzet penjualan saya menurun mencapai 50 persen, tapi margin keuntungan masih tetap. Jika harga turun pembeli lebih banyak, begitu juga sebaliknya, kalau harga naik, pembeli menurun,” ucapnya. Jika harga normal, Ilman mempunyai omzet Rp5 juta perhari.

Ilman berharap Pemkab Madina dan pihak terkait bisa memecahkan masalah soal kenaikan harga bahan pokok tersebut supaya pembeli dan pedagang sama-sama diuntungkan.

Persoalan kenaikan harga kebutuhan pokok ini menjadi persoalan serius bagi pedagang dan pembeli. Fluktuasi harga dan berkurangnya pasokan menjadi tantangan besar dalam menjaga stabilitas harga demi kelangsungan ekonomi masyarakat. (SNN-NFS/KPI STAIN)