Bicara Mandailing Natal Bersama Komjen Pol (Purn) Saud Usman Nasution

Madina| masyarakat Kabupaten Mandailing Natal (Madina) sudah tentu tahu siapa sosok Komisaris Jenderal Polisi (Purn) DR Saud Usman Nasution. Pria kelahiran Mandailing pada 25 Februari 1958 itu adalah purnawirawan perwira tinggi Polri yang terakhir kali menduduki jabatan sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris Republik Indonesia (BNPT RI) yaitu lembaga pemerintah non kementerian yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Saud Usman Nasution pernah sebagai calon terkuat menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia

Sewaktu masih aktif bertugas, Saud Usman Nasution pengidola Ustad Abdul Somad (UAS) pernah menduduki banyak posisi penting di Polri. Mulai dari Komandan Detasemen Khusus 88 Anti Teror pada tahun 2009, kemudian ia menjabat Direktur I Kamtrannas Bareskrim Mabes Polri. Setelah menyandang pangkat jenderal bintang dua Saud Usman dipercaya menduduki jabatan Staf Ahli Kapolri bidang sosial budaya pada tahun 2010, setelah itu ia menduduki jabatan sebagai Kepala divisi humas Mabes Polri pada tahun 2011, lalu Saud Usman dipercaya lagi menjabat Wakil Kabareskrim Mabes Polri pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 Saud Usman Nasution dilantik menjadi Kapolda Sumatera Selatan.

Dari jabatan Kapolda Sumatera Selatan Saud Usman dipilih Presiden Republik Indonesia menjadi Kepala BNPT RI pada tahun 2014, dan pada bulan Oktober 2014 Saud Usman memasuki masa pensiun

Pensiunan jenderal bintang tiga ini terlahir dari keluarga sederhana, ayahnya adalah seorang guru dan terakhir menjabat sebagai Kepala Sekolah Dasar di Desa Lumbandolok Kecamatan Siabu Kabupaten Madina. Saud adalah anak keempat dari enam bersaudara. Ia lahir di Sigalangan Kabupaten Tapanuli Selatan dan saat masih berusia 4 tahun orangtuanya pindah tugas ke Desa Lumbandolok, dan di desa itulah ia dibesarkan hingga lulus di Akabri (Akpol) pada tahun 1981

Saat bincang-bincang tentang Kabupaten Madina dengan Mohga Media pada Rabu (7/10), Saud Usman mengawali cerita saat ia masih kecil yang hidup penuh kesederhanaan. Orangtuanya yang hanya seorang guru dengan ekonomi lemah, Saud Usman menyebut sewaktu kecil ia bersama temannya tidak pernah memakai sepatu pergi ke sekolah dan jalan kaki hingga kiloan meter. memang saat itu guru sekolah belum mewajibkan muridnya memakai sepatu dikarenakan ekonomi masyarakat ketika itu tidak mampu membeli perlengkapan sekolah. Hanya hitungan jari temannya yang memakai sepatu.

Begitu juga dengan seragam sekolah yang hanya 1 stel, pagi dipakai sekolah siangnya harus dicuci agar tetap bisa dipakai esoknya. Begitu juga bermain dengan kawannya, Saud Usman yang mengaku sewaktu kecil suka bermain bola, mereka menempah bola dari sabut kelapa hingga getah karet yang dibentuk bulat dan dikeringkan. Begitulah ia menghabiskan masa kanak-kanaknya bersama temannya di Desa Lumbandolok hingga menjadi Polisi.

Setelah Kabupaten Madina mekar dari Kabupaten Tapsel dan Madina dipimpin Bupati H. Amru Daulay, Saud Usman Nasution mengaku dua kali diundang Bupati H. Amru Daulay untuk berdiskusi tentang pembangunan Kabupaten Madina. Saud mengaku yang ia minta dari Bupati Amru Daulay maupun Bupati Hidayat Batubara hingga Dahlan Hasan Nasution hanyalah konsep membangun

“Sewaktu dulu pak Amru Bupati, saya dua kali diundang diskusi tetang rencana pembangunan Kabupaten Madina. ketemu dengan pak Amru saya hanya meminta satu hal yaitu draf atau konsep perencanaan pembangunan daerah. Saat itu saya diberikan draf yang sangat tebal, dan itu saja baca dan pelajari, konsepnya memang bagus, dan sejak itu kami sering komunikasi terkait pembangunan daerah hingga pak Amru selesai masa jabatannya,” kata Saud

Dari kepemimpinan Amru Daulay hingga terpilihnya Bupati Hidayat Batubara dan Dahlan Hasan Nasution sebagai wakilnya, Saud Usman yang kala itu masih aktif sebagai perwira tinggi Polri sering dihubungi dan ditemui Bupati Hidayat Batubara

“tidak lama setelah pak Hidayat dan Dahlan dilantik, saya langsung dihubungi Hidayat dan minta ketemu. Saat ketemu itulah Hidayat bilang ‘Bang, kami mohon bantuan abang untuk membangun kampung kita, karena kami pahami alokasi DAU/DAK untuk Madina itu tidak akan bisa membangun daerah kita’ itu disampaikan Hidayat sama saya,” kata Saud mengulangi narasi percakapan dengan Hidayat saat itu.

Lalu, Saud berpesan kepada Bupati Madina Hidayat Batubara untuk menjalankan pemerintahan yang baik dan bersih

“Saya punya pesan waktu itu sama Hidayat, kamu harus menjalankan pemerintahan yang Good and Clean Governance, pemerintah yang baik melayani masyarakat dan pemerintahan yang bersih, jangan sampai ada korupsi, itu tidak boleh. Saya tidak akan mau sama sekali berteman dengan kamu kalau saya dengar korupsi, yang rusak bukan kamu saja, tetapi masyarakat akan merasakan akibatnya,itu pesan saya sama Hidayat, dan dia menyetujui itu. Kami ketemu beberapa kali, saya bantu dia di Jakarta untuk menemui pejabat di Kementerian, dan terakhir kami ketemu di hotel Borobudur, di situ ada pertemuan dengan beberapa dirjen kementerian dan sekretaris jenderal di kementerian. Hidayat bawa beberapa orang pejabatnya, disitu membahas soal rencana anggaran pembangunan di daerah yang bisa dikucurkan dari program kementerian,

“di situ masih saya ingatkan lagi, ini pekerjaan sudah on the track, kamu harus ingat tidak boleh korupsi, jangan sampai ada penyalahgunaan anggaran dan jabatan. Tapi tidak lama dari pertemuan kami terakhir itu saya dengar sudah ada kasus OTT dari KPK, dan Bupati Hidayat jadi tersangka,” kenang Saud

Kemudian, Saud Usman yang kala itu walaupun sibuk dengan tugas dan jabatannya sebagai perwira tinggi tetapi selalu menyediakan waktu untuk pulang kampung ke Desa Lumbandolok untuk menemui ibunya dan kerabatnya di kampung halamannya.

Dan setelah Dahlan Hasan menjabat Plt Bupati Madina, giliran Dahlan Hasan yang mulai aktif komunikasi dengan Saud Usman Nasution.

“setelah Dahlan Hasan jadi Bupati, saya pernah didatanginya di rumah Sentul (Bogor), di situ Dahlan saya lihat sedang galau, dia sempat menangis, ‘udak, tolong bantu kami di Madina, tidak ada pembangunan yang berjalan di sana, kami butuh bantuan orang udak dan tokoh kita yang lain’ begitu Dahlan bicara sama saya, bahkan sempat dia menangis minta bantuan supaya saya ikut membantu pembangunan di kampung’

“Saya bilang waktu itu, apa konsep yang kamu punya untuk membangun Madina? di situlah Dahlan menunjukkan konsep dan menjelaskannya. Dan sejak itu saya ikut membantu Dahlan, kami sering ketemu dan sama-sama dengan bang Darmin Nasution (mantan Menko Perekonomian RI) juga sama bang Todung (KBRI di Norwegia), kami susun langkah untuk mencapai program yang sudah dikonsep Dahlan Hasan,

“Bupati Dahlan bilang sama saya bagaimana supaya STAIM itu jadi negeri, dan disitu saya bilang kita siapkan semua persyaratan apa saja, cari perguruan tinggi swasta yang lulus jadi negeri, kita ikuti apa langkah mereka. Lalu saya hubungi langsung Prof Pagaruddin Hasibuan (mantan Kopertais Sumut/guru besar di UIN Sumut) kebetulan Prof Pagar ini teman saya dari kecil, dia juga orang Lumbandolok. Prof Pagar bilang kalau membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun. Saya bilang waktu itu, saya tidak mau 2 tahun, saya mau dalam 2 bulan harus selesai. Di situ Prof Pagar ketawa, tapi akhirnya kami sepakat untuk mengerjakan penegerian STAIM, dan saya diangkat menjadi ketua Yayasannya,” kata Saud

Saud menjelaskan perjalanan penegerian STAIN mulai dari bulan pertama hingga tak sampai satu tahun prosesnya selesai. ia menilai Dahlan Hasan Nasution yang ketika itu bolak-balik ke Jakarta untuk mengikuti proses mulai dari Kementerian Agama, Kementerian PAN RB, dan melengkapi semua berkas yang berulang kali mendapat masukan perbaikan dari pejabat-pejabat terkait dari Kementerian.

“Saya perhatikan Bupati Dahlan ini memang semangatnya sangat baik, bolak-balik dia ke Jakarta hingga itu tuntas, saya pun tak maulah kalah semangat dari dia. Saya sering turun ke Madina untuk membantu mengurus semua kendala. Karena statusnya juga harus lepas dari pendanaan Pemkab Madina. bayangkan saja saat itu harus ada biaya operasional yang harus saya cari Rp 150 juta perbulan. Alhamdulillah semua berjalan dengan baik, dosennya pun saat itu tinggal sekitar 26 orang. Dan terakhir pak Menteri Agama RI mau turun ke Madina untuk peresmiannya. Bahkan ketika itu pak Menteri langsung bilang mau mengalokasikan anggaran pembangunan gedung sebesar Rp 20 miliar, dan itulah bangunan yang sudah ditempati sekarang, dan dosennya juga sekarang sudah ada 100an orang yang penerimaan PNS kemarin. Begitulah kalau niat kita ikhlas untuk berbuat itu, semua berjalan dengan baik,

Saud juga menjelaskan tentang konsep pembangunan yang ditawarkan Bupati Madina Dahlan Hasan Nasution. Saat itu Saud menuturkan ia menyampaikan beberapa saran yaitu memasukkan program peningkatan ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan potensi wilayah masing-masing kecamatan. Karena menurut Saud Usman, Kabupaten Madina punya potensi sumber daya alam yang melimpah ruah, tentu saja potensi itu harus dikelola untuk meningkatkan ekonomi masyarakat

“kita berbeda dengan daerah lain, setiap kecamatan punya potensi unggulan masing-masing, misalnya dari Kecamatan Siabu potensi yang cocok dikembangkan adalah sektor pertanian holtikultura. Begitu juga dengan Kecamatan Kotanopan di sektor pertanian dan perkebunan, dan Kecamatan Natal ada potensi laut dan wisata bahari, di sana banyak nelayan yang perlu diperhatikan. Artinya, pemberdayaan potensi wilaya itu harus dikembangkan untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat. itu saya sampaikan sama Pak Dahlan,

“begitu juga dengan wilayah pantai barat, di situ ada perencanaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), program KEK ini kalau sudah terwujud juga akan sangat membantu ekonomi masyarakat, di sana sudah ada pelabuhan yang mendukung KEK. Sekarang hanya tinggal pembangunan kawasannya, yaitu pembangunan sarana dan infrastruktur pendukung. Tidak ada kendala di situ, hanya tinggal alokasi anggaran pembangunannya saja, itu yang sedang dikejar pak Dahlan.

Soal Bandar Udara di Kabupaten Madina, Saud Usman Nasution juga menjelaskan program pembangunan bandara itu juga sudah dimulai. Saud menceritakan, ia sewaktu menjabat Kepala BNPT RI tahun 2014 yang lalu, Dahlan Hasan mengeluhkan soal kelanjutan rencana pembangunan bandara.

“Dahlan berkeluh kesah soal Bandar udara, karena sehebat apapun potensi sumber daya alam yang ada di Madina tidak akan terkelola dengan baik tanpa adanya transportasi udara. Kalau dari bandara Padang bisa 7 jam, dari Sibolga 4 jam, dan lebih jauh lagi kalau harus ke Medan, bisa 12 jam. Saya berpikir saat itu memang bandara harus jadi.

“Pak Dahlan ini memang jago kalau sudah bicara membujuk, saya pun jadi korban bujukan dia. Tapi saya pikir kalau untuk bicara pembangunan kampung halaman kenapa tidak. Itu prinsip saya. Sehingga saya menemui pak Menteri Perhubungan RI yang saat itu dijabat pak Ignasius Jonan. Yang menemani saya dari Madina yaitu Kepala dinas perhubungan Harlan Batubara. Pak Harlan ini sudah berbuat untuk bandara kita, walaupun dia sekarang tersandung kasus dan masuk penjara,

“Pak Jonan saat itu minta supaya disiapkan semua persyaratannya, paling penting adalah pembebasan lahan. Setelah itu saya minta pak Dahlan untuk menyiapkan itu, tapi di tengah proses tersebut Menteri Perhubungan ganti ke pak Budi.

“dan saat saya sedang ada acara dengan pak Yasona Laoly (Menkumham RI) saya ketemu dengan pak Budi, disitu juga ada pak Jonan. ‘eh bang, saya masih punya hutang sama abang ya, bandara Madina. tapi abang tak usah khawatir, saya sudah bilang sama pak Budi’ itu dibilang pak Jonan sama saya. Dan akirnya progress pembangunannya terus berjalan. Dan Alhamdulillah sekarang saya dengar sudah ada alokasi anggaran pembangunannya, kita bersyukur semua konsep berjalan dengan proses waktu,

Saud Usman Nasution memberikan penilaian kepada Bupati Dahlan Hasan Nasution. Ia menyebut semangat Dahlan Hasan cukup luar biasa mengejar pembangunan daerah. Bahkan Saud menyebut sosok kepala daerah seperti Dahlan itu sudah jarang ditemukan

“Dahlan itu sosok yang baik dan punya semangat yang luar bisa. Sudah sangat jarang ditemukan kepala daerah seperti Dahlan. Konsepnya pun baik,” tuturnya.
Saud Usman mengatakan membangun daerah harus dengan kebersamaan dan kerja sama pemerintah dengan masyarakat.

“Masyarakat harus dilibatkan, pembangunan itu harus dengan gotong royong, tidak bisa pemerintah berjalan sendiri, masyarakat nanti tak akan mau mendukung program pembangunan. masyarakat harus patisipatif. Ikut berperan dalam mewujudkan pembangunan, dan pak Dahlan sepakat dengan konsep itu,”

“Saya mendukung pak Dahlan karena dia punya konsep yang bagus. Dan kita juga harus perlu menyadari bahwa saat ini Kabupaten Madina masih tiga periode kepemimpinan. Dua periode itu bisa disebut sebagai persiapan, periode ketiga dan keempat itu baru progress pembangunan. membangun daerah itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh kemauan yang kuat, keuletan, kemampuan komunikasi dan lobby ke pusat. Kemampuan mengajak tokoh masyarakat baik yang tinggal di daerah kita maupun yang ada di pusat.

“semua harus dilibatkan dalam pembangunan ini. Sekali lagi saya tekankan, pembangunan itu harus dengan konsep yang jelas. Itu saya bilang sama pak Dahlan, menjadi kepala daerah itu bukan mencari keuntungan dan uang banyak, kalau niatnya begitu hancur daerah kita ini. Dan saya lihat Dahlan tidak begitu, saya lihat Dahlan tidak meminta-minta fee proyek,

“dan saya lihat dia turun langsung ikut bekerja menyahuti aspirasi masyarakat. bukan tidak bisa dia menyuruh staf atau kepala dinasnya yang turun ke lapangan, tapi Dahlan tidak begitu. Itu salah satu ciri kepemimpinan yang baik, bekerja tidak hanya sebatas di balik meja.

“Dahlan itu juga kreatif dan banyak ide, saya dulu pertama datang ke komplek perkantoran Pemkab Madina, pegawai pemkab itu sering keluyuran ke pasar untuk makan siang atau sekedar ngopi. Tapi hanya beberapa saat setelah itu Dahlan mampu membuka taman Raja Batu, tujuannya juga agar ada lapangan upacara dan kegiatan daerah yang lain. Itu sangat bagus, begitu juga dengan bukit muhasabah

“artinya ia sudah berbuat untuk daerah dengan semangat kerja keras,” tambahnya

Saat disinggung mengenai siapa calon Bupati dan Wakil Bupati yang lebih layak memimpin Kabupaten Madina di Pilkada tahun 2020. Saud Usman menyebut ia tidak melihat soal sosok, tapi yang ia lihat adalah kemauan, konsep membangun, dan cara kerja serta kemampuan komunikasi, dan ia melihat Dahlan memiliki itu.

“Saya tidak bicara siapa yang paling hebat di antara mereka, tapi saya melihat konsep membangun yang dimiliki Dahlan saat ini sudah bagus, tinggal melanjutkan saja, kalau yang lain saya tidak tahu bagaimana konsep mereka. Saya kenal sama Sofwat, tapi saya tidak tahu bagaimana konsep membangun yang disiapkannya,

“siapapun mereka nanti yang terpilih yang kita inginkan adalah yang benar menyayangi masyarakat kita. Yang mengerti dan menguasai daerah, banyak orang mandailing yang sama sekali tidak memahami situasi daerah ini, misalnya orang mandailing yang lahir dan besar di Jakarta, seperti bang almarhum Adnan Buyung, beliau kan semasa hidup tidak pernah tinggal di Mandailing. Artinya yang memahami situasi daerah dan mengerti keinginan masyarakat, itulah yang lebih layak untuk memimpin kampung halaman ini,” terang Saud.

Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Saud Usman di usia pensiunnya masih aktif mengajar di berbagai universitas. Termasuk di STAIN Madina walaupun dalam semester hanya masuk satu kali.

Saud mengaku selalu bersedia memberikan mata kuliah umum di perguruan tinggi mana saja tanpa ada bayaran. Tetapi harus disesuaikan dengan jadwalnya

“Saya mengajar di beberapa perguruan tinggi, asal sesuai jadwal saya akan kejar, saya mengajar tidak harus dibayar, dan sampai sekarang saya mengajar dengan biaya perjalanan uang saya sendiri. Saya ingin mengabdikan diri dan tetap berbuat walaupun sudah pensiun dari dinas. Yang saya pikirkan sekarang bagaimana persiapan menuju akhirat, karena yang saya pahami ilmu yang baik dan diajarkan kepada orang lain akan menjadi pertolongan besar bagi kita setelah tiada,” ungkap Jenderal pengidola Ustad Abdul Somad (UAS) itu. (MN-tim)